Sebenarnya
beberapa versi menghiasi sejarah tentang asal usul suku Batak.
Singkatnya salah satu versi itu dapat dijelaskan begini :
Suku Batak itu berasal dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia
lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, daerah
pinggiran Danau Toba, lebih kurang delapan kilometer arah barat
Pangururan, Kabupaten Toba Samosir.
Namun kalo itu tidak cukup, maka beginilah penjelasannya :
Suku bangsa Batak itu adalah Proto Malayan, sama seperti suku bangsa
Toraja. Mungkin ini adalah salah satu jawaban kok beberapa bahasa
Toraja itu mirip dengan bahasa Batak. Sedangkan Neo Malayan itu turunannya adalah suku-suku bangsa Jawa, Bugis, Aceh, Minangkabau, Sunda, Madura dan sebagainya.
Jadi gitu, Suku bangsa Batak itu awalnya adalah salah satu suku dari
Proto Malayan yang bermukim di pegunungan perbatasan Burma (Myanmar
sekarang) dan Siam (Thailand sekarang). Selama ribuan tahun lamanya
suku bangsa Batak itu bertempat tinggal dengan suku bangsa Proton
Malayan lainnya, seperti Karen, Igorot, Toraja, Bontoc, Ranau, Meo,
Tayal dan Wajo.
Zaman dulu suku-suku Proto Malayan itu gak mau berhubungan dengan dunia luar. Mereka setia tinggaI di pegunungan. Ini berbeda sekali dengan suku-suku Neo Malayan. Suku-suku Neo Malayan lebih suka tinggal di tepi laut atau tanah datar terbuka.
Tapi semua itu berakhir. Suku-suku
Proto Malayan terpaksa berhenti menutup diri di pegunungan itu. Karena
sekitar tahun 1000 Sebelum Masehi (SM), suku bangsa Mongol datang
menyerang dan terpaksalah mereka kabur ke selatan, sepanjang
sungai-sungai Irawady, Salween, serta Mekong.
Mereka
gak cuma didesak oleh si suku-suku mongol itu. Ternyata mereka juga
didesak bangsa Syan yang bukan Proto Malayan, tapi Palae Mongoloid.
Jadinya sebagian besar suku-suku Proto Malayan itu terdesak sampai ke
tepi laut di teluk Martaban .
Di
tepi laut, kebudayaan Proto Malayan ini jadinya mulai kecampur dengan
budaya Hindu (terakulturasi), Ini juga mempengaruhi bahasanya. Seperti contohnya dalam bahasa Batak, istilah-istilah seperti debata, singa, surgo, batara dan mangaraja.
Suku-suku
proto Malayan kurang senang bertempat tinggal di tepi laut karena
kebiasaan mereka yang dul hidup di gunung serta terlalu banyak orang
asing yang harus diperhitungkan.
Suku-suku
dari Proto Malayan pun akhirnya terpisah-pisah. Suku-suku bangsa Proto
Malayan yang kecil-kecil, banyak yang melancong dan akhirnya menetap
di Filipina. Di situ mereka membentuk komunitas baru. Disana mereka menolak agama Islam dan agama Katholik. Padahal 90 persen orang Filipina, yang suku-sukunya Neo Malayan, beragama Islam dan agama Katholik, seperti suku Tagalog.
Ada juga yang ke Taiwan. Suku bangsa Tayal pergi ke puncak-puncak gunung di Taiwan sejak 3.000 tahun lalu sampai sekarang .
Sejak
3.000 tahun di Taiwan mereka menolak segala macam agama. Tetapi
sesudah Perang Dunia II mereka mulai mau menerima Kristen dari
pendeta-pendeta Kanada, yang membawa ilmu kesehatan modern.
Suku bangsa Toraja mendarat di Sulawesi. Di situ mereka selama 3.000 tahun hingga sekarang kontra dengan suku-suku bangsa Bugis dan Makasar, yang adalah Neo Malayan.
Agama Islam sekitar 400 tahun sudah diterima Bugis dan Makasar. Tetapi
suku Toraja gak mau. Tapi pas abad XX suku bangsa Toraja mau menerima
Protestan Calvinist dari pendeta-pendeta Belanda.
Sementara
suku Karen tetap bertahan di pegunungan Burma. Suku bangsa Karen
tetap menolak agama Budha, yang dianut orang-orang Burma dan Siam. suku
bangsa Karen sejak abad ke-XIX menerima agama Kristen/British Baptists dari pendeta-pendeta Inggris.
Sedangkan suku bangsa Ranau mendarat di Sumatera Barat, lalu selama 2.500 tahun berkurung di sekitar Danau Ranau. Lepas
dari segala pengaruh kerajaan Sriwijaya, kerajaan Darmasraya, dan apa
saja yang timbul dan lenyap di Sumatera Selatan. Tapi sekitar tahun
1550 suku bangsa Ranau ditaklukkan kesultanan Banten, yang membutuhkan
sekitar Danau Ranau untuk penanaman merica untuk ekspor. Nah,
Tulisannya si suku bangsa Ranau inilah yang paling dekat ke tulisan
Batak. Sedangkan bahasa Igorot (di Filipina) itulah bahasa terdekat
dengan bahasa Batak.
Lalu
suku bangsa Batak, mereka mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di
situ suku bangsa Batak terpecah menjadi beberapa gelombang . Gelombang
pertama berlayar terus dan mendarat di pulau-pulau Simular, Nias,
Batu, Mentawai, Siberut sampai ke Enggano (Sumatera Selatan).
Gelombang
kedua mendarat di muara sungai Simpang, sekarang Singkil. Mereka
bergerak sepanjang sungai Simpang Kiri dan menetap di Kutacane. Dari
situ mereka menduduki seluruh pedalaman Aceh. Itulah yang menjadi
orang-orang Gayo, dan Alas.
Sementara
gelombang ketiga mendarat di muara Sungai Sorkam, antara Barus dan
Siboga. Memasuki pedalaman daerah yang sekarang dikenal sebagai
Doloksanggul dan belakangan menetap di kaki Gunung Pusuk Buhit (2005
meter), di tepi danau Toba sebelah barat, sekarang di seberang
Pangururan. Dari situ berkembang dan akhirnya menduduki tanah Batak
yang sekarang, antara Aceh dan Minangkabau, antara Samudera Hindia dan
Selat Malaka.
Begitu ceritanya…
Tapi
ada juga versi lainnya yang mengatakan Suku Batak berasal dari India
melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim
di pinggir Danau Toba. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun
1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari
Madras, India) menjelaskan, pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India
menyerang Sriwijaya yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang Tamil di
Barus. Pada tahun 1275 Mojopahit menyerang Sriwijaya, hingga menguasai
daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar tahun 1.400 kerajaan Nakur
berkuasa di sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia.
Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan
beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari tapanuli, Sumatera
Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah
Toba,Pakpak(Dairi),Karo,Simalungun,dan Angkola.Sebagian orang Batak menganut Agama Kristen dan sebagian lagi beragama Muslim. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim (pengikutnya biasa disebut dengan Parmalim) dan juga penganut kepercayaan Animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
0 komentar:
Posting Komentar